21 November 2024

Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim, ICRAF Bekerjasama Canada Lakukan Riset Aksi Bertajuk LAND4LIVES

module: a; hw-remosaic: 0; touch: (0.4513889, 0.4513889); modeInfo: ; sceneMode: Night; cct_value: 0; AI_Scene: (-1, -1); aec_lux: 45.0; hist255: 0.0; hist252~255: 0.0; hist0~25: 0.0;

 

 

JP MAKASSAR — Perubahan iklim dan degradasi lingkungan di Indonesia telah memberikan dampak signifikan pada jutaan orang yang bergantung pada ekosistem alami untuk mata pencaharian dan ketahanan pangan mereka.

Perubahan iklim diproyeksikan akan mengurangi produktivitas pertanian dan mempengaruhi petani yang mengandalkan tanaman subsisten dan komersial.

Hal ini disampaikan oleh Provincial Koordinator ICRAF Provinsi Sulawesi Selatan Muhammad Syahrir saat menggelar Riset-Aksi yang mengusung tema “Bersama Mengelola Bentang Lahan Untuk Penghidupan yang Tangguh Iklim” di Max One Hotel, Makassar, Kamis (8/8/2024).

Muhammad Syahrir mengatakan, hasil kegiatan ini dalam setahun berbentuk lokakarya dan pameran yaitu narasumber, seminar, talk show dan pameran.

“Apa yang kami tampilkan pada hari ini, bisa memberikan banyak informasi kepada peserta,” tandas Syahrir.

Dalam Rancangan akhir RPJPN 2025-2045, perubahan iklim diidentifikasi sebagai salah satu tantangan utama Indonesia dalam dua dekade mendatang, dengan potensi kerugian ekonomi mencapai Rp544 triliun selama 2020-2024, dan diperkirakan akan meningkat tanpa adanya ketahanan ekologi yang memadai.

Diketahui kegiatan ini yang ketiga kali diadakan dengan konsep yang berbeda-beda dan dihadir oleh peserta berasal dari organisasi Pemerintah, Provinsi, Kabupaten, lisensi vertikal, mitra pembangunan dan desa-desa.

Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, transformasi ketahanan sosial, budaya, dan ekologi menjadi langkah penting yang mencakup pencapaian lingkungan hidup berkualitas, ketahanan energi, air, pangan, serta resilien terhadap bencana dan perubahan iklim.

“Harapan kami dengan program ini bisa memberi manfaat kepada masyarakat, bagaimana bisa melakukan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim supaya kita tidak terdampak dari perubahan iklim,” tutupnya.

Saat ini, ICRAF, dengan dukungan Global Affairs Canada, melaksanakan program “Sustainable Landscapes for Climate-Resilient Livelihoods in Indonesia” atau Land4Lives (#LahanuntukKehidupan), yang mendukung upaya pemerintah dalam menciptakan ketahanan iklim dan dilaksanakan di bawah arahan Direktorat Pangan dan Pertanian, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. Program ini bekerja sama dengan pemerintah daerah di Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur, dengan fokus pada tiga level: desa, lanskap, dan provinsi.

Di level desa, Land4Lives menguatkan ketahanan pangan dan penghidupan masyarakat; di level lanskap, mengelola bentang lahan secara berkelanjutan dengan melibatkan berbagai pihak; dan di level provinsi, mendukung kebijakan serta perencanaan pembangunan yang mempertimbangkan daya dukung lingkungan.

Di Sulawesi Selatan, dokumen penting seperti roadmap dan masterplan pertumbuhan ekonomi hijau, RPJPD 2025-2045, serta rencana pengelolaan daerah aliran sungai (RPDAS) sedang disusun.
Memasuki tahun keempat, Land4Lives telah mencapai banyak kemajuan.

Ekspose ini bertujuan untuk menyebarluaskan pelajaran dari kegiatan Land4Lives di Sulawesi Selatan, mengumpulkan masukan dari pembuat kebijakan, akademisi, dan masyarakat sipil, serta membuka ruang kerja sama dengan lembaga pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan mitra pembangunan. (**)